
Bangka Tengah – Terkait pemberitaan sebelumnya, penemuan puluhan jerigen berisi bahan bakar minyak (BBM) subsidi jenis Pertalite di belakang Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) Namang memicu kontroversi tajam di berbagai kalangan masyarakat Bangka Belitung.
Ironisnya, SPBU ini hanya berjarak beberapa meter dari Kantor Polsek Namang. Dugaan adanya pembiaran oleh aparat penegak hukum semakin menguat setelah Kapolsek Namang memilih bungkam ketika dikonfirmasi terkait temuan ini oleh tim journal.
Menurut informasi yang dihimpun, BBM yang dikumpulkan dalam jerigen-jerigen tersebut merupakan hasil aktivitas pengeritan oleh warga yang nantinya akan dijual kembali kepada nelayan di Desa Kurau.
Salah satu pengerit, seorang perempuan asal Desa Kurau, ia mengakui bahwa sengaja mengumpulkan Pertalite dari SPBU Namang karena merasa lebih aman dibandingkan mengisi di SPBU Kurau yang dikuasai oleh kelompok preman.
“Iya, saya memang pengerit. Saya ngumpulin minyak di sini, karena kalau di SPBU Kurau banyak preman yang menguasai, jadi susah dan saya enggak mau ribut,” ujarnya saat ditemui di lokasi belakang SPBU Namang. Kamis siang (19/12/2024).
Penemuan jerigen-jerigen Pertalite ini telah memicu berbagai spekulasi di kalangan masyarakat. Pasalnya, aktivitas pengeritan yang dilakukan secara terang-terangan dan lokasinya yang sangat dekat dengan Kantor Polsek, seolah mendapatkan restu atau setidaknya pengawasan yang minim dari aparat kepolisian setempat.
“Kami menduga ada unsur pembiaran, bahkan mungkin permainan antara pihak SPBU, Polsek, dan pengerit. Kalau tidak, mana mungkin aktivitas seperti ini bisa berlangsung tanpa gangguan?,” ungkap seorang warga Namang yang enggan disebutkan namanya.
Sementara itu, tim journal telah mengirimkan konfirmasi secara tertulis melalui aplikasi WhatsApp kepada Kapolsek Namang. Namun hingga saat ini, tidak ada tanggapan resmi yang diberikan. Sikap bungkam ini semakin memperkeruh suasana dan memicu kecurigaan publik mengenai integritas Kapolsek dalam menjalankan tugasnya sebagai penegak hukum.
Respons lamban dari pihak kepolisian setempat juga mendapat kritikan pedas dari berbagai pihak, termasuk sejumlah aktivis di Bangka Belitung. Mereka menyayangkan sikap Kapolsek yang tidak transparan dan meminta penyelidikan mendalam untuk memastikan tidak ada pelanggaran hukum yang melibatkan aparat.
“Kami sangat kecewa. Kapolsek sebagai pemimpin harusnya bersikap terbuka kepada publik, bukan malah diam. Ini bukan hanya soal jerigen BBM, tapi juga soal kepercayaan masyarakat terhadap aparat penegak hukum,” tegas Hans, seorang aktivis yang vokal di Bangka Belitung.
Hans menambahkan, bahwa jika kinerja Kapolsek terus seperti ini, maka wajar apabila masyarakat mempertanyakan kredibilitas dan profesionalisme institusi kepolisian setempat. “Kami mendesak Polda Babel untuk segera turun tangan, menyelidiki kasus pengeritan minyak subsidi ini, dan memberikan penjelasan resmi agar tidak ada prasangka buruk dari masyarakat,” tambahnya.
Masyarakat dan berbagai pihak kini menantikan langkah tegas dari aparat penegak hukum yang lebih tinggi, termasuk dari Polda Babel, untuk memastikan bahwa tidak ada oknum yang bermain mata dalam aktivitas ilegal ini.
“Kami tidak akan tinggal diam. Jika ini dibiarkan, kepercayaan masyarakat terhadap hukum akan semakin runtuh. Apakah ini akan menjadi potret buram penegakan hukum di Bangka Belitung?. Kamipun siap adakan aksi di Mapolres Bangka Tengah terkait bungkamnya Kapolsek Namang,” tutup Hans dengan nada tegas.
(TIM JOURNAL)
Baca Berita Sebelumnya: